bagaimana tidak, 17 tahun itu umur yang di nyatakan dewasa dalam hukum di indonesia. di umur itu kita juga sudah bisa mengeluarkan pendapat.
yah, sekali lagi, itu adalah umur yang di nanti-nanti setiap remaja dengan segala keinginannya yang ada.
tapi berbeda denganku. di saat usiaku beranjak 17 tahun, aku masih berfikir. apa aku bisa merayakannya seperti ramaja-remaja lainnya.
alasannya , karna aku sadar bahwa aku tidak punya keluarga yang lengkap seperti remaja-remaja itu.
orang tuaku sudah pisah semenjak aku duduk di bangku SMP. aku ikut mamahku yang sampai sekarang menjadi single parent.
oke, 17 tahun. apa yang kamu pikirkan? merayakannya ? pasti. dapat kado yang banyak? pasti.
tapi apa yang aku fikirkan? aku malah memikirkan, apa ayah akan datang di saat itu tiba?
yah, ga bisa di pungkiri, di usiaku yang beranjak 17 tahun ini, aku juga masih butuh kasih sayang seorang ayah.. aku masih butuh sosok seorang ayah yang bisa melindungiku seperti teman-temanku yang lainnya. aku katakan disini kalau aku iri. aku iri dengan teman-teman seusiaku yang bisa dekat dengan ayahnya. yang bisa berbagi cerita dengan ayahnya. dan sekali lagi aku katakan bahwa aku iri.
H-2
"Kita putus aja ya. maaf, aku sayang kamu. tapi aku ga bisa. orang tuaku melarang aku untuk berhubungan denganmu lagi. bukan karna kamu buruk di mata mereka. hanya saja mereka melihat status keluarga kamu"
masih teringat ucapan Fery, pacarku. tapi lebih tepatnya mantanku tadi pagi sehabis aku pulang sekolah. miris ya, iya miris di H-2 aku malah di kejutkan dengan hal itu..
andai dia tau.. bukan aku yang ingin punya keluarga seperti ini, bukan aku yang memaksa mereka untuk seperti itu. tapi nyatanya? orang yang berjanji akan tetap menemani, akhirnya juga pergi.. oke, aku bisa memaklumi.
yah.. mungkin anak dari keluarga broken home kaya aku, ga pantas kali untuk punya pacar. mungkin anak dari keluarga broken home kaya aku ga pantas kali buat bahagia. dan mungkin anak dari keluarga broken home kaya aku memang ga pantes untuk dapat semuanya. tapi perlu di ketahui, bukan aku yang mau ini terjadi. aku cuma korban. korban keegoisan dari orangtuaku..
handphoneku berdering..
"Hallo Ra, keluar yuk, anterin gue beli buku."sahut Dea temanku
"Mmm. sorry De, gue ga bisa,,, ga enak badan nih."alasanku
"Yahh,, ya udah deh Ra.. cepet sembuh yaa.."
Dan akhirnya akupun memutuskan untuk tidur.
H-1
Kebetulan hari ini hari minggu. jadi aku punya alasan tidak bertemu Fery hari ini. kado terindah banget ya dari dia. dan sekali lagi aku memaklumi dia dan keluarganya :')
"Hallo, ayah.. besok kesini?" tanyaku
"Iya, sanyang.. ga tau nih, liat besok aja yah.. ayahnya sibuk."jawab ayah singkat.
"Oh gitu.. ya udah ayah ga apa-apa"tanggapku seraya menutup telepon.
aku kembali menangis. sedih. ga minta setiap hari ayah datang kesini. setidaknya, aku mau di usiaku yang ke 17 nanti, ada ayah di samping aku untuk aku berikan kue pertama. tapi sepertinya itu hanya mimpi.
"Ra, malam ini ke salon yuk, mamah mau facial."tanya mamah ketik masuk ke kamarku
"Boleh mah"jawabku singkat.
singkat cerita, sepulangnya dari salon, aku langsung memutuskan untuk tidur. tidak ingin memikirkan bagaimana besok. karna aku tau hari itu adalah hari tidak menyenangkan.
Hari H..
Kreek...
"SELAMAT ULANG TAHUNNNNN RAAA"
Ternyata mamahku dan kerabat-kerabatku datang ke kamarku pas jam 12 malam. tidak aku sangka. aku senang, ternyata mereka semua mengingat itu ..
sesudah potong kue, aku kembali ke kamarku untuk tidur.
tidak lupa aku menelepon ayah. tapi tidak ada jawaban
sampai akhirnya aku mengirim sebuah pesan singkat
ayah.. hari ini aku 17 tahun..
paginya ayah menelponku. ia bilang bahwa itu sedang di jalan untuk menemuiku.
aku memutuskan untuk tidak sekolah.
sebertemunya aku dengan ayah, aku senang sekaligus terharu
"selamat ulang tahun ya sayang. 17 tahun udah harus dewasa."ucap ayah
"ayah, kalau boleh jujur, aku kangen ayah.. aku kira ayah ga datang."
"pasti datang dong.. ayah kan sayang sama Rara."senyumnya
"kalau ayah sayang sama rara, kenapa ayah pisah sama mamah? ayah tau? ini membuat pengaruh besar buat hidup rara. rara merasa berbeda ayah, rara merasa iri sama teman-teman rara yang memiliki keluarga yang utuh. rara iri sama mereka yang bisa merasakan pelukan hangat dari seorang ayah, dan ayah tau? rara pengen semua itu menjadi nyata." ucapku terisak
"Ra.. maafin ayah"
"Ngga ayah, ayah ga salah.. rara ngerti. itu masalah ayah dan mamah. rara bilang itu cuma pengen ayah tau gimana perasaan rara selama ini."
"ayah janji bakal kasih yang terbaik buat rara"
iya, tangisan kami berdua beberapa waktu lalu sudah merubah sifat ayah yang cuek menjadi lebih peduli padaku. yah walaupun kedua orang tuaku tak bisa kembali lagi menjadi keluarga yang utuh, tapi aku senang, aku senang karna aku telah di bentuk menjadi wanita yang kuat. yang tegar.
dan aku janji, aku akan membuat kalian bangga ;')
Tidak ada komentar:
Posting Komentar